Mengkritik Patung Nakula
Dalam
mengkritik sebuah karya seni rupa seperti Patung Nakula yang terdapat di Gedung
Kembar Purwakarta Jawa Barat. Kami menggunakan gaya kontekstual yaitu penilaian
secara keseluruhan yang berhubungan dengan patung tersebut. Termasuk
mempertimbangkan norma norma masyarakat didalam nya.
Dilihat
dari segi estetikanya, patung ini begitu menarik karena dibuat oleh seorang
seniman yang memiliki kemahiran teknik dalam penggunaan alat dan bahan sehingga
menimbulkan keharmoniaan atau satu kesatuan dalam sebuah karya yang utuh. Tidak
ada kata lain selain “Hebat”. Untuk mengomentari patung tersebut dan
kearsitekturannya atau pembuatannya sangat cocok untuk mengembangkan budaya masa
lalu yang bersifat kehindhuan.
Namun
dari sisi lain masyarakat purwakarta ini mayoritas penduduknya adalah beragama
islam dan merupakan salah satu yang peka terhadap perubahan perubahan yang
terjadi yang berhubungan dengan hal hal yang mengarah pada lamerosotan budaya
islamiah. Karena patung tersebut merupakan salah satu dari peninggalan budaya
hindhu, sehingga kurang disukai oleh masyarakat setempat karena dianggap ingin
menumbuhkan kembali citra citra yang bernuansa kehindhuan dijadikan sebagai
sarana ritual keagamaan oleh pihak pihak tertentu sehingga masyarakat setempat
merasa takut.
Jadi
kesimpulannya menurut kami adanya patung patung tersebut disuatu tempat begitu
kurang manfaatnya, karena bangsa sekedar untuk memuaskan perasaan batin atau
hanya lebih mengutamakan nilai keindahannya saja.
Jadi
jika memang begitu patung tersebut bisa di ganti dengan hal hal lain yang
memiliki fungsi sama yaitu untuk memuaskan perasaan batin dan sebagai nilai
keindahaan sehingga fungsi fungsi estetisnya terdapatkan dan norma norma yang
berlaku dimasyarakat tersebut tak tergoyahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar