Rabu, 09 Juli 2014

Mengkritik Patung Nakula

            Dalam mengkritik sebuah karya seni rupa seperti Patung Nakula yang terdapat di Gedung Kembar Purwakarta Jawa Barat. Kami menggunakan gaya kontekstual yaitu penilaian secara keseluruhan yang berhubungan dengan patung tersebut. Termasuk mempertimbangkan norma norma masyarakat didalam nya.

*      Dilihat dari segi estetikanya, patung ini begitu menarik karena dibuat oleh seorang seniman yang memiliki kemahiran teknik dalam penggunaan alat dan bahan sehingga menimbulkan keharmoniaan atau satu kesatuan dalam sebuah karya yang utuh. Tidak ada kata lain selain “Hebat”. Untuk mengomentari patung tersebut dan kearsitekturannya atau pembuatannya sangat cocok untuk mengembangkan budaya masa lalu yang bersifat kehindhuan.

*      Namun dari sisi lain masyarakat purwakarta ini mayoritas penduduknya adalah beragama islam dan merupakan salah satu yang peka terhadap perubahan perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan hal hal yang mengarah pada lamerosotan budaya islamiah. Karena patung tersebut merupakan salah satu dari peninggalan budaya hindhu, sehingga kurang disukai oleh masyarakat setempat karena dianggap ingin menumbuhkan kembali citra citra yang bernuansa kehindhuan dijadikan sebagai sarana ritual keagamaan oleh pihak pihak tertentu sehingga masyarakat setempat merasa takut.

*      Jadi kesimpulannya menurut kami adanya patung patung tersebut disuatu tempat begitu kurang manfaatnya, karena bangsa sekedar untuk memuaskan perasaan batin atau hanya lebih mengutamakan nilai keindahannya saja.

*      Jadi jika memang begitu patung tersebut bisa di ganti dengan hal hal lain yang memiliki fungsi sama yaitu untuk memuaskan perasaan batin dan sebagai nilai keindahaan sehingga fungsi fungsi estetisnya terdapatkan dan norma norma yang berlaku dimasyarakat tersebut tak tergoyahkan.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar